NASKAH : ORANG ASING
JUDUL ASLI : LITUANIA
KARYA : RUPERT BROOK
SADURAN : D. DJAJAKUSUMA
PELAKU :
JUDUL ASLI : LITUANIA
KARYA : RUPERT BROOK
SADURAN : D. DJAJAKUSUMA
PELAKU :
ORANG ASING, BERUMUR KIRA-KIRA 27 TAHUN, PAKAIAN MAHAL DAN BERSIH, TINGGINYA SEDANG, BADANNYA AGAK LEMAH, KUNING, KUMIS, JENGGOT RUNCING HITAM DAN BANYAK BERGERAK.
IBU, BERUMUR KIRA-KIRA 45 TAHUN ATAU LEBIH, TINGGINYA SEDANG, BADANNYA KUAT, AGAK BUNGKUK KARENA KERAS BEKERJA, MUKANYA KURUS, PENDIAM TAPI SEKALI-SEKALI BISA BANYAK BICARA.
GADIS, BARUSAJA DEWASA, SEDIKIT AGAK TINGGI DARI IBUNYA, TAPI BADANNYA LEBIH KUAT, MUKANYA KERAS DAN TAK BANYAK BERGERAK.
AYAH, BERUMUR KIRA-KIRA 49 TAHUN, TINGGINYA SEDANG, KUAT BADANNYA, RAMBUTNYA YANG HITAM MULAI MEMUTIH, PERIANG, BERWATAK KERAS TAPI LEMBUT MENGHADAPI PERSOALAN.
ANAK MUDA, KIRA-KIRA BERUMUR 23 TAHUN, BADANNYA AGAK TINGGI, MUKANYA KUAT DAN BERSIH.
TUKANG WARUNG, BERUMUR KIRA-KIRA 40 TAHUN, BADANNYA TINGGI, PERIANG.
ANAK TUKANG WARUNG, BERUMUR KIRA-KIRA 18 TAHUN, KURUS AGAK HITAM.
IBU, BERUMUR KIRA-KIRA 45 TAHUN ATAU LEBIH, TINGGINYA SEDANG, BADANNYA KUAT, AGAK BUNGKUK KARENA KERAS BEKERJA, MUKANYA KURUS, PENDIAM TAPI SEKALI-SEKALI BISA BANYAK BICARA.
GADIS, BARUSAJA DEWASA, SEDIKIT AGAK TINGGI DARI IBUNYA, TAPI BADANNYA LEBIH KUAT, MUKANYA KERAS DAN TAK BANYAK BERGERAK.
AYAH, BERUMUR KIRA-KIRA 49 TAHUN, TINGGINYA SEDANG, KUAT BADANNYA, RAMBUTNYA YANG HITAM MULAI MEMUTIH, PERIANG, BERWATAK KERAS TAPI LEMBUT MENGHADAPI PERSOALAN.
ANAK MUDA, KIRA-KIRA BERUMUR 23 TAHUN, BADANNYA AGAK TINGGI, MUKANYA KUAT DAN BERSIH.
TUKANG WARUNG, BERUMUR KIRA-KIRA 40 TAHUN, BADANNYA TINGGI, PERIANG.
ANAK TUKANG WARUNG, BERUMUR KIRA-KIRA 18 TAHUN, KURUS AGAK HITAM.
INTERIOR SEBUAH RUMAH KAMPUNG DIDAERAH BUMIAYU. SEBUAH MEJA DITENGAH. DIDINDING BELAKANG ADA JENDELA, SEBUAH PINTU DIDINDING BELAKANG SEBELAH KANAN. DIDINDING KIRI ADA DUA PINTU, DEKAT DINDING KANAN DAPUR DAN SEBELAH BELAKANG RAK DENGAN PINGGAN-PINGGAN DAN LAIN-LAIN.
MALAM HARI DIMUSIM PANCAROBA. DILUAR JENDELA TAMPAK TERANG BULAN, REMANG-REMANG DIKEJAUHAN TAMPAK POHON CEMARA.
DISEBELAH KIRI MEJA MENGHADAP KESAMPING, DUDUK ORANG ASING SEDANG MENGHABISKAN MAKANANNYA. GADIS DUDUK DIKURSI ATAU AMBEN KECIL DIDEPAN DAPUR, MEMBELAKANGI PUBLIK. SEMENTARA MENENGOK-NENGOK KEARAH ORANG ASING. IBU MONDAR-MANDIR ANTARA MEJA, AMBEN DAN RAK MEMBAWA PIRING-PIRING MAKANAN DAN LAIN-LAIN. SEBUAH LAMPU ADA DIATAS MEJA.
ORANG ASING : (MENDORONG KURSINYA KEBELAKANG DAN MENGHABISKAN MINUMANNYA) Enak, enak sekali. Sungguh aku rasa, baiklah aku ngaso sekarang. Aku capek sekali habis jalan kaki lewat hutan itu. Alhamdulillah aku mujur sekali menemukan rumah ini.
IBU : Jika ndoro mau menunggu sebentar, suami saya segera datang dari ladang.
ORANG ASING : (BERDIRI) Apakah tidak takut sendiri dirumah terpencil ini, hanya dua perempuan. Malam-malam seperti ini...
IBU : Apa yang akan kami takutkan? Apa yang akan dirampok dari kami dan siapalah yang mau dengan saya? Sinah akan menghajar mereka. Ia lebih kuat dari kebanyakan lelaki.
ORANG ASING : (MEMBUNGKUK DENGAN PERASAAN TIDAK ENAK) Anak itu tegap badannya.
IBU : Dia kuat. Dia harus bekerja diladang dengan ayahnya.
ORANG ASING : Ah, saya kira berat, untuk mengurus segalanya hanya dengan seorang lelaki dalam keluarga atau... (JELAS) ibu punya anak laki-laki tentunya. (MENYINDIR)
IBU : Tidak, dulu ada seorang. Ia minggat waktu berumur tiga belas tahun.
ORANG ASING : (DENGAN TERTAWA KECIL, SOPAN DAN AGAK GUGUP) Sayang, aku sangka wanita ingin ada orang yang akan melindunginya. Dan kini sebagai seorang ibu, ibu tentu akan menerima kembali anak itu bila ia pulang kerumah untuk menolong ibu dihari tua?
IBU : (RAGU-RAGU) Ah, tidak tahu....
GADIS : Ia tenggelam. (JENGKEL)
ORANG ASING : O, maaf. Tapi suami ibu selalu tinggalkan ibu seorang diri.
TERDENGAR SUARA BAPAK DARI KEJAUHAN
IBU : Itu, dia. Biar saya songsong. Silahkan ndoro tunggu sebentar. Sebaiknya ndoro bertemu dia sebelum pergi tidur. (IBU KELUAR)
ORANG ASING : (JALAN AGAK KAKU MENDEKATI GADIS) Aku kira seorang gadis muda dan manis seperti kau, kadang-kadang tentu akan merasa jemu, hidup kerja terus-menerus ditempat seram seperti ini... meski indah sekali pun...
GADIS : (SETENGAH PADA DIRI SENDIRI) Saya punya kegembiraan sendiri.
ORANG ASING : Enak dikota besar. Jalan-jalan terang benderang dan sibuk. Darahmu akan mengalir lebih cepat. Sayang sekali kau tak akan tahu. Tak sadarkah kau hanya akan jadi kasar dan tua disini. Tiap hari akan makin kaku dan bodoh, kerja, kerja, kerja, kemudian kau akan seperti ibumu yang akhirnya kerdil dan jelek kemudian mati. Nah, apa katamu (KETAWA SEDIKIT HISTERIS) bila mendadak datang seorang satria (MELIHAT KEPADA GADIS) dan berjanji akan membawa kau ke kota besar dan kemudian memperlihatkan segala sesuatu kepadamu... membelikan pakaian dan perhiasan... dan memberikan padamu segala yang terbaik, seperti seorang putri...
GADIS : (BERDIRI CEPAT DAN BERJALAN MENUJU ORANG ASING, AGAK PINCANG) Aku pincang, digigit anjing, ndoro ingin lihat? (DIA MENGANGKAT KAINNYA DAN MENUNJUKKAN TEMPAT DIBAWAH LUTUT) Apakah kaku seorang putri seperti ini? Lihat bekas ini. (MEMPERLIHATKAN TANGANNYA) Gara-gara sebuah paku besar ini. (LUTUT KIRI ORANG ASING DIPIJAT DENGAN TANGANNYA DAN MENENGOK KEATAS, SENYUM SEDIKIT. ORANG ASING TERIAK SEDIKIT DAN MELANGKAH MUNDUR AGAK KAGET) Pernah ndoro rasakan tangan seorang putri seperti ini? (DIAM SEJENAK, GADIS JALAN MENUJU KEARAH SEBELAH KIRI LALU MASUK)
ORANG ASING DUDUK, TANGAN DIKAKINYA. MASUK AYAH DAN IBU
IBU : Ini suami saya. (ORANG ASING MENGHAMPIRI AYAH, AGAK GUGUP)
ORANG ASING : Apakah bapak tuan rumah disini? Apa kabar, pak? Istri bapak sangat baik, memperbolehkan aku tidur disini. Aku tersesat dihutan dan kemalaman. Tapi aku sangat beruntung menemukan rumah ini.
AYAH : Bagaimana ndoro sampai dalam hutan dengan pakaian seperti itu?
ORANG ASING : (AGAK BINGUNG) Aku kesasar. Aku coba-coba jalan kaki ke Bumiayu. Hari sangat cerah... aku suka betul jalan kaki dan kebetulan aku mengelilingi kota kecil daerah ini, ada... urusan... ya, urusan pemerintah.
AYAH : Bumiayu? Ndoro terlalu nyasar dari jalan besar. Ndoro tentunya lelah. Apalagi dengan koper itu. Ndoro mungkin nanti bisa dirampok.
Orang sing : (MEMBUKA KOPERNYA) Ah, tak banyak isi koper ini, hanya kertas-kertas saja. (RIANG) Tetapi banyak uang. (MENGELUARKAN UANG) Lihat banyak uang. Dengan ini saya bisa membelikan rumah sepuluh kali sebesar ini lengkap dengan isinya. Aku berani bertaruh kalian belum pernah lihat uang segitu banyak diatas meja. (IA MENGELUARKAN LAGI, KETAWA HISTERIS DAN MINUM TUAKNYA)
AYAH : (TERCENGANG MEMANDANG ORANG ASING) Tidak, ndoro, memang belum pernah. (HENING SEJENAK, IBU BERJALAN KEDAPUR)
IBU : Tidak aman jalan dalam hutan membawa semua itu.
ORANG ASING : Tak ada seorang manusia aku jumpai hari ini, atau sebuah rumah. Inilah rumah pertama yang aku temui. Aku langsung menuju kemari, dari hutan sebelah barat sana. Aku gembira melihat lampu menyala.
HENING SEJENAK. GADIS DATANG LAGI DIAM-DIAM MELALUI BELAKANG DAN DUDUK, SEMENTAR ITU ORANG ASING BICARA.
ORANG ASING : Sangat sunyi dan mengerikan disini. Aku kira orang bisa jadi gila karenanya... mendengarkan angin bertiup didalam kayu, menyaksikan malam mendatang, berbulan-bulan begitu. (BERBALIK LIHAT ORANG-ORANG) Aku bilang terus terang, aku mulai tak enak berjalan sendiri dihutan sehari suntuk, diantara pohon-pohon itu.
AYAH : Disebelah sana, dilembah. Ada beberapa rumah kira-kira tiga menit dari sini, ndoro tentu tak lewat sana, ya. Disana banyak orang.
IBU : (MENYIAPKAN MAKANAN LAGI) Dia barangkali memang mau kesana.
AYAH : Banyak pekerjaan diladang-ladang.
ORANG ASING : Tetapi dimusim hujan keadaan lebih sukar, bukan?
AYAH : Ya, musim hujan memang sudah dekat.
ORANG ASING : Saya pikir kalian akan senang sesudah menabung barang sedikit lalu pergi dari sini dan hidup dikota.
AYAH : Itu akan terjadi bila kambing bandot menetek anaknya atau bila rezeki jatuh dari lagnit didepan simiskin.
IBU : Pak?
AYAH : Kita hampir-hampir tak dapat hidup dari tanah ini.
ORANG ASING : Aduh capek benar aku jalan kaki dalam hutan itu. Baiknya aku tidur saja sudah jauh malam tentunya.
AYAH : Kira-kira jam delapan lewat.
ORANG ASING : (TERTAWA) Tentu bapak tak punya arloji. (DIAM SEJENAK KEMUDIAN TERTAWA KERAS) Tentu tak tahu jam berapa mesti pergi tidur. Aku akan pinjamkan arlojiku untuk semalam. Ya, (JAM DIKELUARKAN DARI SAKUNYA) lihat. Emas betul, seluruhnya emas. Aku akan gantungkan disana didinding itu. Aku bertaruh kalian belum pernah lihat arloji emas tergantung didindingmu, bukan?
GADIS DIBELAKANGNYA MEMANDANG IBU, IBU PADA GADIS, AYAH MEMANDANG SATU PERSATU. LALU MENGETUK-NGETUK MEJA.
IBU : (MENGANGKAT LAMPU) Boleh saya mengantar ndoro kekamar?
ORANG ASING : Tentu. Aku benar-benar harus tidur. (MENEGOK KEARAH ARLOJI) Nah, coba lihat. (MENGHAMPIRI GADIS) Selamat malam, dik. (GADIS BERDIRI KAKU DAN MEMBUNGKUK) Selamat malam. (PADA BAPAK) Aku takut sebagian besar dari makanan bapak telah saya habiskan. Aku minta maaf. Tapi akan aku ganti. Kalian takkan menyesal berbaik budi kepada saya. (MENGHAMPIRI AYAH SEPERTI MAU BERSALAMAN. RAGU-RAGU LALU MENGIKUTI IBU KEPINTU KANAN)
AYAH : (PADA ORANG ASING) Ah, makanan orang miskin. Tapi saya senang sebab ndoro suka.
IBU : (DIDEPAN PINTU) Kamarnya sangat jelek. Kami tidur sebelah kanan ndoro tak usah takut akan terganggu kami.
GADIS BERDIRI DEKAT API. AYAH DUDUK MAKAN DIUJUNG MEJA.
AYAH : (SAMBIL MAKAN) Kau selalu bicara tentang laki-laki. Itu ada seorang buat kau. Kenapa kau diam saja. Dia perhatikan kau dan mabuk.
GADIS : (MEMBAWA LAUK-PAUK) Laki-laki lemah. Tangannya kayak permpuan, laki-laki jelek begitu.
AYAH : Kau takut. Kau memang selalu takut.
GADIS : Dia bukan laki-laki. Dia banci, kecil begitu, lemah dan cerewet seperti bapak.
GADIS MENUJU KEDEPAN DAN DUDUK, IBU DATANG BAWA LAMPU DIMEJA DAN DIMATIKANNYA.
IBU : Apa yang kau bawa dari hutan?
AYAH : Tidak bawa apa-apa. Hutan terkutuk. Tak ada binatang, tak ada burung. (SEMUA DIAM MATI)
IBU : (DUDUK SEBELAH AYAH) Kita tak punya apa-apa. Bagaimana jika nanti hujan mulai datang.
AYAH : Aku lapar. Tak pernah cukup makan dirumah setan ini. Tak bisa hidup kita dati tanah ini.
IBU : Telahku berikan sebagian makanan padanya. Aku tahu dia kaya, kita akan dapat persen dari dia. Cukup buat makan delapn hari, mungkin.
AYAH : Lalu?
IBU : Kita sampai sekarang masih bisa hidup.
AYAH : Dia gila kataku. Siapa pernah mendengar orang jalan dihutan karena suka kalau tidak karena gila. Dengan pakaian mentereng, membawa koper lagi.
GADIS : Tak ada orang yang lihat dia datang kemari.
IBU : Jika dia gila, kita bisa dapat hadiah karena memelihara dia. Orang tuanya tentu kaya.
AYAH : Dia tidak gila, tetapi aneh. Ada yang membikin dia gila. Buat apa dia kemari. Uang itu semuanya, caranya dingomong. Kau kira semua itu dia punya.
IBU DAN GADIS SALING MEMANDANG SEDANG MENGGERAKKAN KEPALANYA.
IBU : Jika bukan kepunyaannya...
AYAH : Dia seperti maling. Lagak lagunya seperti maling. Barangkali dia mencuri, dia lari, sembunyi. Sebab itu dia datang kemari.
GADIS : Tak seorangpun tahu, kalau dia kesini.
IBU : Kalau dia maling, kita akan dapat hadiah melaporkan dia.
AYAH : (MENGAMBIL ARLOJI) Barang emas ini dan uang itu. Apa haknya barang ini. Mungkin banyak orang kelaparan karena dia mencuri. Dia kaya maling.
GADIS : Dia kate, kecil dan lemah.
AYAH : (BERSANDAR DEKAT MEJA) Aku bekerja, pelihara kamu berdua. Bekerja sekuat tenaga dan aku akan mati kelaparan. Tapi dia maling, dia seorang diri dan punya banyak uang. Jika Tuhan ada, apa itu akan dibiarkannya?
IBU : Pak?
AYAH : (SEPERTI TAK SUKA DAN MAKIN KERAS) Kita sama-sama punya hak, apa artinya uang orang buruan seorang diri, seperti dia.
IBU : Hesstt... dai nanti bangun.
AYAH : (KURANG KERAS) Peduli apa kalau dia dengar.
GADIS : Dia tidur nyenyak. Terlalu capek. (CAHAYA BERKURANG)
AYAH : Mengapa kau pandang aku?
IBU : (MEMERAS TANGANNYA MENDEKATI DAPUR) Kita akan kelaparan dimusim hujan nanti.
AYAH : (GEMETAR) Mengapa kau lihat aku. Apa yang kalian pikir. Aku tak mengerti apa yang kalian pikir.
IBU : Kau gemetar, pak. Sampai-sampai mejanya ikut gemetar.
AYAH : Mengapa aku dipandang juga. Aku tak tahan melihat matamu. (DIAM PANJANG, HAMPIR MENANGIS) Aku pernah bunuh orang sekali... sekali... dalam perkelahian. Ya, Tuhan... aku... tidak (MEREKA BERPANDANGAN, BERDIAM DIRI) aku harus berfikir... bilang apa-apa... besok...
GADIS : Sekarang
AYAH : Dia tamu kita.
IBU : Dia maling.
DIAM SEJENAK, GADIS PASANG LAMPU.
IBU : (DENGAN SUARA RENDAH CEPAT) Dia tidur. Cuma sekali. Ia tidak akan melawan. Kami akan datangi dia. Tak ada orang tahu. Kita harus dapatkan uang itu... kau pengecut.
SEMENTARA ITU AYAH AMBIL PISAU YANG TERSELIP DIDINDING, AMBIL LAMPU DARI TANGAN GADIS DENGAN TAK SADAR DAN MAJU BEBERAPA LANGKAH MENUJU KAMAR ORANG ASING. KEDUA WANITA MENGIKUTINYA.
AYAH : Aku tak bisa. (MAJU BEBERAPA LANGKAH NENGOK KEBELAKANG) Kau kotor. Tunggu disini. Kau tak boleh sentuh dia. Aku akan bereskan. (CEPAT MASUK KAMAR TAMU)
GADIS BERDIRI DEKAT KAMAR ORANG ASING. IBU KEMBALI KEDAPUR. HENING SEJENAK, LAMA SUARA TERDENGAR TAK TERANG, PELAN-PELAN GADIS MELANGKAH DEKATI PINTU. MENDADAK AYAH, LAMPU DI TARUH DIMEJA. DUDUK LEMAS PADA MEJA, GEMETAR. IBU MENDEKAT. AYAH MENGGELENG.
GADIS : Pisaunya bersih.
IBU : Sudah beres?
AYAH : Aku... (MERINGKUS) tidak. Aku rasa mau muntah. Aku tak bisa. Aku tak jadi masuk. Aku bekerja sehari-harian. Aku jadi sakit. (BATUK DAN GERAKKAN LEHERNYA)
IBU : Mesti.
AYAH : Aku tak bisa... seperti ini. Tuak. Aku perlu tuak.
IBU : Habis diminumnya. Mesti kau melakukannya.
AYAH TERHUYUNG-HUYUNG KEDINDING BELAKANG DAN MENGENAKAN BAJU.
AYAH : (MEROGOH KANTONGNYA) Aku kewarung dulu beli tuak. Aku ada duit sedikit. Aku mesti minum tuak, kalau tidak, tidak bida aku kerjakan itu. Aku akan minum sampai setengah mampus. Ya, Tuhan. (TEGAKKAN BADANNYA DAN BICARA LEBIH TERATUR) Jika aku kembali nanti, lihatlah aku akn siap tikam siapa saja. Aku sekarang capek dan sakit. Aku tak bisa bunuh orang kalau kerongkonganku mampu dan merasa sakit. Aku telah bekerja sehari suntuk. (MEMBUKA PINTU) Aku akan segera kembali. Aku bersumpah, akan aku bunuh dia. (KELUAR)
BAYANGAN NAMPAK DIBALIK JENDELA KEKIRI. JALAN AGAK CEPAT, IBU DAN GADIS IKUTI IA LEWAT KEMUDIAN MENDENGAR SEBENTAR. TAK DENGAR SUARA-SUARA DARI KAMAR ORANG ASING. IBU MATIKAN LAMPU. MEREKA DUDUK MASING-MASING DIDEKAT API. GADIS BESARKAN API DENGAN MENARUH BEBERAPA POTONG KAYU DIAPI.
IBU : Dia tak apa-apa...
GADIS : Dia pengecut.
IBU : Dia bukan pengecut. Dia terlalu banyak berfikir. Kau tak mengerti kalau dia usdah mabuk... beres. Dia tidak akan pikir lagi.
GADIS : Kalau aku mau bunuh orang. Aku tak perlu minum tuak lebih dahulu.
IBU : Ya, kau akan... aku takut dia tidak akan...
GADIS : Dia akan mabuk.
IBU : Uangnya tak cukup untuk jadi mabuk... disamping itu ia telah tahu apa yang mesti dilakukannya kalau kembali.
GADIS : Dia keluar untuk lari. (DIAM SEJENAK) Tak betah aku menunggu.
IBU : Dia akan bertindak jika kembali. (BERDIRI KEARAH PINTU ORANG ASING. KEMUDIAN KEMBALI KETEMPAT SEMULA, BERDIRI) Aku kenal dia... (MENGAMBIL ARLOJI DAN MENGAMAT-AMATINYA) Apa kau kira dia pencuri?
GADIS : Aku tak tahu, pokoknya kita akan jadi kaya. Kita akan pindah dari sini.
IBU : (MENGGANTUNG KEMBALI ARLOJI) Sama saja dimana-mana. Tapi yang pasti kita akan mati kelaparan.
GADIS : Kesal menunggu. Seseorang harus melakukannya segera. Tak usah banyak fikir. Tambah mempersulit saja.
IBU : (PERGI PERLAHAN-LAHAN KEJENDELA TERANG DILUAR, TIBA-TIBA) Tak seorangpun yang lihat dia kemari bukan? Lagipula tak ada yang tahu kalau dia makan disini. (BERBALIK)
GADIS : Tidak. Mereka tak akan melihat dari jalan.
IBU : (KEMBALI DUDUK) Lagi pula siapa yang akan datang malam seperti ini.
GADIS : Kadang-kadang mereka datang.
IBU : Ya, kadang-kadang mereka datang untuk menemui kau bukan? Kebiasaan anak-anak muda seminggu sekali. Ketika aku masih gadis.
GADIS : Ibu selalu cemburu padaku.
IBU : Cemburu! Ketika aku masih gadis, berpuluh-puluh pemuda mengikuti aku.
GADIS : Jadi tua dan pencemburu.
IBU : Kau selalu benci padaku. Aku ibumu kau keliru membenci ibumu, kau aneh.
GADIS : Ibu yang benci padaku. Memang benar kau ibu, tapi sekarang cinta telah berubah.
IBU : Kau tahu bagaimana menjadi ibu. Dan tak akan pernah tahu. (MUNCUL ORANG ASING, IBU DAN GADIS AGAK KAGET)
IBU : Ndoro mau apa?
ORANG ASING : Oh, apakah suami ibu tidak ada?
IBU : Ia sedang keluar sebentar. Ada sesuatu yang mengganggu tuan?
ORANG ASING : Tidak. Ibu tahu tidak, aku ingin bicara dengna bapak. Saya kira saya harus melakukannya malam ini juga. Tapi tak apalah. Kapan suami ibu akan kembali.
IBU : Saya, tidak tahu ndoro?
GADIS : Mungkin dia datang terlambat.
ORANG ASING : (MAJU BEBERAPA LANGKAH) Oh, lebih baik besok saja.
IBU : (PERGI CEPAT KEJENDELA) Diluar sangat dingin. Kita akan segera tidur. Dan pintu-pintu akan kukunci. Biar bapak nanti menyusul. Ada sesuatu yang ndoro inginkan?
ORANG ASING : Ah, tidak. Saya kira bapak ada. Ada sesuatu yang ingin saya jelaskan, sebelum saya tidur. Tapi biarlah. (MAU KEMBALI KEKAMARNYA)
IBU : Apakah pembicaraan kami tadi menggangu ndoro?
ORANG ASING : Oh, tidak. Tidak apa-apa, ibu tak apa-apa. Tadi saya tidur sebentar dan tiba-tiba terbangun. Saya jatuh, kaget hingga saya tidak bisa tidur lagi sebelum saya jelaskan persoalannya.
IBU : Ndoro akan tidur nyenyak. Terlalu capek. Tuan tak akan mendengar apa-apa lagi.
ORANG ASING : (MENDADAK) Ya, maafkan aku bikin kalian kaget. Aneh. Besok saja... aku mau tidur nyenyak. (KEMBALI KEARAH KAMARNYA)
IBU : (MASIH DIDEPAN JENDELA) Ya, ndoro tentu sangat lelah. (GADIS BERDIRI, ORANG ASING MASUK KAMARNYA. IBU MELANGKAH KEDEPAN)
IBU DAN GADIS BISIK-BISIK.
IBU : Apa dia maksud? Kenapa dia keluar?
GADIS : Tak tahu aku.
IBU : Dia dengar?
GADIS : Aku kira tidak. Barangkali kaget terbangun.
IBU : Atau dia gila.
GADIS : Kelakuannya aneh-aneh saja sejak dia datang.
IBU : Mungkin dia mabuk karena tuak yang diminum sedikit itu. Laki-laki suka berbuat aneh kalau dia mabuk.
GADIS : Mungkin dia datang lagi.
IBU : Akan berabe jadinya.
KETUKAN DI PINTU, MEREKA SALANING BERDEKAPAN, MEREKA MEMANDANG KELILING. KETUKAN LAGI, IBU BERBISIK.
IBU : Kita harus buka.
GADIS MENGANGGUK CEPAT. GADIS PERGI KEDEKAT API. AMBIL ARLOJI YANG DIMASUKKAN KEDALAM KUTANG IBU PELAN-PELAN BUKA PINTU MENGINTIP, BUKA PINTU LEBAR.
IBU : Ah, kau Siman. Masuklah. (IA SONGSONG SESEORANG ANAK MUDA, MEMBAWA SESUATU. ANAK MUDA MEMBERSIHKAN KAKI) Kok malam-malam.
ANAK MUDA : Belum lagi setengah sembilan. Saya mampir sebentar saja.
IBU : Kami sudah berkemas-kemas mau lekas tidur.
ANAK MUDA : Saya Cuma singgah menghaturkan ini. (MELETAKKAN BARANG ITU)
IBU : Kau terlalu baik. (MEMPERHATIKAN BARANG ITU)
ANAK MUDA : Saya mau berdiang sebentar biar agak panas. (GADIS DAN ANAK MUDA BERSAMA MENUJU KEAPI)
IBU : Aku mau tidur. (ANGKAT LENTERA DAN MENUJU KEKAMARNYA, TERTUJU KEPADA GADIS) Lekas menyusul, ya. (IBU MASUK KAMAR PINTU KEDUA, GADIS MEMPERHATIKAN BARANG ITU)
ANAK MUDA : Enak disini. Becek dan dingin diluar. Ayahmu ada?
GADIS : Dia pergi minum.
ANAK MUDA : Ibumu bijaksana, meninggalkan kita berdua.
GADIS : Dia belum tidur.
ANAK MUDA : (TERSENYUM) Dia tak mengintip. Tak ada suaranya.
GADIS : Dia belum...
ANAK MUDA : Aku tak mengerti, mengapa engkau tidur begitu cepat.
GADIS : Kau jarang datang. Ya, man.
ANAK MUDA : Mungkin aku tak kemari, kalau aku tahu... kalian tidak peramah dirumah ini.
GADIS : Bik benar kau bawakan ini.
ANAK MUDA : Baruku dapat tadi.
GADIS : Aku ingin... barangkali ibu... mau mengunci pintu.
ANAK MUDA : Tak senang kau, aku datang?
GADIS : Ah, aku sangat lelah. Lebih baik aku tidur saja.
ANAK MUDA : Kau tidak keladang siang tadi. Aku cari-cari.
GADIS : Banyak pekerjaan dirumah. (MENDEKATI ANAK MUDA) Pergilah sekarang. Datanglah lagi... kapan saja. (MENDADAK BURU-BURU) Pergilah dulu!
ANAK MUDA : (MELETAKKAN TANGANNYA DIBAHU GADIS) Kenapa kau tak suka bicara. Aku tak mengerti watakmu.
GADIS : (MELEPASKAN DIRI DARI ANAK MUDA) Pergilah sekarang. Nanti ketemu lagi.
ANAK MUDA : (CEPAT MENANGKAP TANGAN GADIS WAKTU TANGANNYA JATUH DARI BAHUNYA) Tidak, aku tak mengerti watakmu.
GADIS : (MELEPASKAN DIRI) Pergi!
ANAK MUDA : Kalau aku tak mau?
GADIS : (TANGKAP DIA PADA LENGANNYA DENGAN KERAS DAN MENDORONG) Pergi kataku.
ANAK MUDA : (MEREKA SEPERTI BERGULAT) Aku tak begitu kuat. (GADIS LEPAS KEMUDIAN GADIS DIPEGANG LAGI, GADIS TERDORONG KEBELAKANG MENUBRUK MEJA, HINGGA BERBUNYI. ANAK MUDA LEPASKAN GADIS. GADIS BERSANDAR PADA MEJA. ANAK MUDA TERSENYUM)
GADIS : Kau habiskan tenagamu.
ANAK MUDA : Kau tidak begitu kuat.
GADIS : Pergilah kupinta.
ANAK MUDA : Aku akan datang lagi.
GADIS : Ya, besok datanglah.
ANAK MUDA : Aku datang agak siangan, jumpai aku dijalanan...
GADIS : Baik.
ANAK MUDA : Ada yang ingin kukatakan.
GADIS : Aku harus tidur sekarang.
ANAK MUDA : Salaman dulu. (GADIS MELENGOS) Selamat tidur. (ANAK MUDA KELUAR, GADIS MENUTUP PINTU PERLAHAN-LAHAN)
IBU : (CEPAT KELUAR KAMARNYA) Sudah pergi dia. (GADIS MENGGANGGUK, DENGAN TANGANNYA MENUNJUK KAMAR ORANG ASING) Ah, bagaimana kalau dia keluar tadi?
GADIS : Orang lain pun bisa datang.
IBU : Banyak anak muda yang menanyakan kau bukan?
GADIS : Ah, gila... kita mesti dapatkan uang itu. Aku mau pergi dari sini.
IBU : Kau kira orang akan memperhatikan kau dikota? Gadis kota cantik-cantik.
GADIS : Dia mesti datang lekas. Dia mesti bertindak. (DUDUK) Sudah lebih dari satu jam.
IBU : Baru lima menit. (MENDADAK BANGUN) Apa itu.
GADIS : Apa?
IBU : Langkah orang.
GADIS : Dimana?
IBU : Diluar, ayahmu, barangkali.
GADIS : Aku tak dengar apa-apa.
IBU : Jika dia sekali ini tak berani lagi...
GADIS : Dia pengecut.
IBU : (BERUBAH) Bosan aku menunggu. Seperti ada yang mengintip kita.
GADIS BERDIRI DAN BERJALAN KEARAH SEBUAH PETI DIDEKAT API, MENCARI-CARI DIDALAMNYA.
IBU : Lagi apa kau?
GADIS : Pisau ini tua dan kuat.
IBU : Duduk saja kau. Ayahmu segera kembali.
GADIS : (SEDANG MENCARI SESUATU DALAM PETI LAIN) Aku bisa gila, menunggu. (BERDIRI DENGAN KAMPAK DITANGANNYA) Tak begitu tajam, tapi kuat.
IBU : Apa maksudmu?
GADIS : (PASANG LAMPU DIMEJA) Diam, kita bereskan sendiri saja.
IBU : (BANGUN) Jangan kau kira...
GADIS : Dia kecil dan lemah. Ambil sarung itu, lemparkan diatas kepalanya dan sekap supaya tangannya tak bisa keluar. Tahan yang kuat. (IBU MENGAMBIL SARUNG, GADIS MENGANGKAT LAMPU)
IBU : (JALAN KEARAH KAMAR ORANG ASING) Ayuh lekas, yah, nabi! Syukur!
GADIS : Taruh lampu ini diatas lemari... (PELAN-PELAN MEREKA MASUK KEDALAM KAMAR)
GADIS DIDEPAN, TERDENGAR GERAK-GERIK PELAN-PELAN. TERIAKAN, PUKULAN, RINTIHAN YANG BERHENTI KERENA PUKULAN. (PUKULAN YANG KUAT BERTUBI-TUBI SELAGI INI BERLAKU. IBU KELUAR KAMAR, MENGELUH. PUKULAN BERHENTI)
IBU : (HABIS TENAGA, JATUH DIKURSI DISAMPING MEJA) Ya, Tuhan, berhenti. Ya, Tuhan....
GADIS KELUAR KAMAR PELAN-PELAN, LAMPU DITANGAN KIRI, KAMPAK DITANGAN KANAN DIPEGANG KUAT. NAFAS TERENGAH-ENGAH.
IBU : (HENTIKAN KELUHANNYA) Kenapa kau pukul.
GADIS : (TARUH LAMPU DIMEJA) Tak tahu aku...
IBU : Kau terus saja pukul. Kukira kau gila. Dia mula-mula berteriak panggil-panggil ibu....
GADIS : (BERDIRI) Tidak.
IBU : Dia panggil ibunya. Ibunya tak akan tahu. Kau terus saja pukul. Kau biadab kenapa lau terus juga.
GADIS : Tak bisa aku hentikan. (JALAN MEMUTAR DAN BERDIRI DEKAT API)
IBU : Kenapa kau terus saja pukul? Kukira kau gila. Aku benci padamu.
GADIS : Aku tahu.
IBU : Kenapa kau pegang juga kampak itu?
GADIS LEMPARKAN KAMPAK KEDALAM PETI. IA MEMBALIK DAN DUDUK DIKURSINYA.
IBU : Sudahlah. Dia takkan lagi bergerak. Ayahmu mesti tanam dia dihutan sekarang. Atau besok. Kita akan pergi dari sini. Sebelum musim hujan. Kita tak akan miskin lagi. (TERDENGAR SAYUP-SAYUP DILUAR, AGAK JAUH) Apa itu? Ayahmu pulang. (SUARA BERTAMBAH KERAS) Siap-siaplah. Ia tidak sendiri. Aku dengar dia ngomong-ngomong. Mungkin dengan orang lain. Bangun. Lihat sendiri, kita harus siap.
GADIS : (CEPAT BERDIRI) Selesai. Kita bisa bilang sudah selesai semuanya. Aku senang kita bisa pergi. Kita akan kaya. Aku akan kaya dan pakai baju sutra.
IBU : (MENYELA) Itu ayahmu. Ada orang yang menyebutkan namanya, siapa dih yang bersama dengan dia? Gila dia.
GADIS : Dia mabuk. (ORANG KETUK-KETUK PINTU)
IBU : Dia ditangkap. (KEPINTU DAN MEMBUKANYA)
TUKANG WARUNG BERSAMA ANAKNYA MASUK, AYAH DIANTARA MEREKA. TUKANG WARUNG MENJINJING SANDAL. DITANGAN KANANNYA ANAKNYA LEMAS HAMPIR JATUH. DIA HANYA PAKAI SANDAL SEBELAH. TUKANG WARUNG DAN ANAKNYA JUGA AGAK MABUK. TUKANG WARUNG RIBUT. ANAKNYA DENGAN PANDANGAN LICIK DAN MUKA MERAH. GADIS BERDIRI.
TUKANG WARUNG : Selamat malam, yu. Kami bawa pulang suami. (KETAWA)
IBU : Pak...?
TUKANG WARUNG : Dia mau pulang sendiri. Dia bilang ada pekerjaan menunggu. (KETAWA) Dia bilang bahwa dia harus pergi diam-diam. Dia mau lepaskan sandal. (MENJINJING SANDAL TINGGI-TINGGI) Kami tak dapat menahannya. Dia bilang harus pergi diam-diam. Dia mau pergi diam-diam... lucu...
AYAH TERTIDUR, TERJATUH DILANTAI DEKAT KAMAR.
TUKANG WARUNG : Ini, bantu dia. Dia keder kena angin malam. Kasih dia air. Seteguk, biar bangun.
ANAK TUKANG WARUNG MENUANGKAN TUAK DALAM GELAS DIMEJA, MENGGOYANG-GOYANGKAN BADAN AYAH DAN DIMINUMKAN.
ANAK TUKANG.W : Dia datang diwarung “Ada yang mesti aku lakukan” katanya gemetar dan pucat. Ya, Tuhan, “Minum” katanya. (KETAWA TERKEKEH-KEKEH)
TUKANG WARUNG : Waktu aku datang, dia sudah mabuk buta. Dia tentu tidak makan seharian. Kalau tidak, masakkan sudah mabuk baru tiga gelas. Dia membual tentang nasib baiknya. Kita semua minum karena dia dapat nasib baik “Minum sepuas-puasnya” katanya.
AYAH MENDADAK HHSS, MENCOBA BERDIRI DAN MERAYAP DIDINDING LAGI.
IBU : (TERIAK) Pak....
TUKANG WARUNG : (GEMBIRA) Nah, aaa. Tak apa-apa. Coba mbakyu lihat dia loncat-loncat ditanah seperti kelinci pincang. “Aku mesti diam-diam masuk” katanya. Kita ketawa, setengah mati ketawa. “Terpuji Tuhan” kataku “Aku tahu kau nasib baik tak akan kelaparan lagi.” Kami semua minum. (TUANG TUAK DIGELAS DAN MINUM)
IBU DAN GADIS MEMANDANG MELIHAT AYAH, DIA SELALU BANGUN DAN BERDIRI, GEMETAR MENGANGKAT TANGAN.
AYAH : Diam, diam. (MENGANGGUKKAN KEPALA)
IBU LARI KEPADANYA DAN MEMAPAHNYA, TAKUT LIHAT TUKANG WARUNG.
ANAK TUKANG.W : (KETAWA KECIL) Dia terus saja bilang “Diam” begitu bukan pak? Ada yang mesti aku lakukan, diam-diam. Katanya tak boleh ada bunyi. Ia lepaskan sandalnya dan loncat-loncat dihalaman seperti... seperti... kelinci pincang.
IBU : (PADA TUKANG WARUNG) Kau tahu...
TUKANG WARUNG : (KETAWA KECIL) Banyak tahu...
IBU : (TERANG) Tentu kau akan dapat bagianmu dari nasib baik itu.
TUKANG WARUNG : (GEMBIRA) Aku akan dapat bagianku. Aku bilang padanya. Kita semua dapat sedikit-sedikit. Hari ini hari besar. (MENUNJUK KEKAMAR ORANG ASING) Orangnya tentu disana, barangkali. (IBU MENGGANGGUK) Capek tentunya. (KETAWA)
IBU SESUDAH DIAM SEBENTAR TINGGAL AYAH.
IBU : Jadi, dia sudah cerita? Kau lihat dia juga...
TUKANG WARUNG : Ya, saya lihat. Sampai didesa dia masuk warungku. Aku tak pernah kenal dia, jika dia tak kenal aku dulu. Sesudah 10 tahun! Kami minum tuak bersama-sama dia. Dia ceritakan leluconnya. “Aku yang pertama-tama akan kasih selamat pada mereka besok pagi. Sebab jarang orang ketemu anaknya kembali, setelah anaknya minggat. Ayahmu senang punya anak laki-laki lagi” kataku .
ANAK TUKANG WARUNG MELAMBAI-LAMBAI DENGAN GELASNYA, BICARA BERRAHASIA.
ANAK TUKANG.W : Pak ada yang mesti aku kerjakan. (JATUH DITANAH DAN TERHUYUNG-HUYUNG KARENA MABUK)
IBU : (TAK SADAR) Anak, anak laki-laki. (BERSANDAR PADA MEJA, GADIS BERDIRI MEMBANTU)
TUKANG WARUNG : (KETAWA GELAK) Semua sampai hampir semaput mendengar. Dia bilang padaku : Akan aku bilang. Aku orang kaya yang kesasar dihutan dan perlu penginapan. Aku akan perlihatkan uangku, aku akan perhatikan muka mereka dan pandang mereka. Dan esok harinya aku akan bilang. Lihat inilah anakmu yang telah meninggal dan yang telah kembali. Sangat gembira nampaknya. “Kau akan bisa simpan rahasiamu semalam-malaman” kataku. Dan rupanya memang tak bisa. Aku tak bisa simpan rahasia itu. “Akulah yang pertama-tama akan kasih selamat pada mereka besok pagi” kataku. Biarlah sekarang aku kasih selamt kamu semua. (MINUM DARI GELAS)
IBU MENUNDUK MELIHAT KEARAH MEJA
GADIS : Paman kenal dia?
TUKANG WARUNG : (KERAS) Ya, tentu. Waktu dia cerita tentang masa lampau. Kenapa kalian memandang seperti itu, apa dia tak datang kemati?
GADIS : Dia datang.
TUKANG WARUNG MEMANDANG TAJAM
TUKANG WARUNG : Apakah kau tidak gembira. (IBU PERGI KEKURSI DAN BERKATA)
IBU : Ia berteriak “IBU.” (LALU DUDUK)
TUKANG WARUNG : Tentu dia akan berbuat sesuatu.
AYAH : Sesuatu telah terjadi. (IBU TIBA-TIBA BERTERIAK)
GADIS : Berhenti, ibu!
TUKANG WARUNG : Ada apa ini, apa yang telah kalian lakukan? (TUKANG WARUNG DAN ANAKNYA MUNDUR) Kenapa kau memandang seperti itu? Apakah dia tidak menceritakan bahwa dia anakmu?
GADIS : Tidak.
TUKANG WARUNG : Apa yang telah kalian lakukan? Dimana dia sekarang?
AYAH : Jangan ada suara!
IBU : Dia berteriak “IBU” kau terus saja memukulnya!
TUKANG WARUNG : Apa yang kalian telah lakukan? Kalian telah... (TUKANG WARUNG MEMANDANG, TERUS MUNDUR PERGI)
ANAK TUKANG.W : (MELIHAT GADIS) Lihat tangannya, ayah!
TUKANG WARUNG : Kau telah... (LARI)
GADIS : Berhenti ibu!
AYAH : Tenang-tenang, jangan ribut. (JATUH)
GADIS : Mereka akan memasukkan saya dalam penjara.
TAMAT.
1 komentar:
saya sangat suka dengan cerita ini..
Posting Komentar