NASKAH : NYANYIAN ANGSA
KARYA : ANTON CHEKOV
PELAKU : VASILI SVIETLOVIDOFF (AKTOR, USIA 68 TAHUN)
NIKITA IVANITCH (PEMBISIK)
SKEMA INI TERJADI DIATAS PENTAS SEBUAH TEATER DAERAH, MALAM HARI, SETELAH PEMENTASAN SELESAI. DISEBELAH KANAN KEADAANNYA TAK TERATUR, DAN ADA PINTU-PINTU USANG TAK BERCAT KEKAMAR-KAMAR PAKAIAN. DISEBELAH KIRI DAN DILATAR BELAKANG PENTAS, SISESAKI OLEH BERMACAM-MACAM BARANG USANG. SEDANGKAN DISEBAGIAN TENGAH ADA SEBUAH KURSI POLOS TERJUNGKIR.
SVIETLOVIDOFF : (DENGAN LILIN DITANGANNYA, KELUAR DARI KAMAR PAKAIAN DAN TERTAWA) Ya, ya... ini gila sekali! Sungguh ini lelucon yang bagus! Aku jatuh tertidur dikamar pakaian setelah pentas habis, dan disitu aku dengan tenang mengorok setelah semua meninggalkan gedung teater ini. Akh! Aku memang orang tua yang tolol, situa yang sialan! Kiranya aku telah minum lagi, sehingga aku jatuh tertidur didalam sana, tergeletak. Sungguh pintar! Selamatlah kau pemuda gaek! (MEMANGGIL) Yegorhka! Petrushka! Dimana kalian setan? Petrushka! Kedua bajingan itu tentulah sudah tertidur, dan meskipun gempa takkan bisa membangunkan mereka sekarang. Yegorhka! (MENGAMBIL KURSI POLOS, LALU DUDUK SETELAH MELETAKKAN LILIN DIATAS LANTAI) Tak ada suara! Hanya gema yang menyahut aku. Aku beri Yegorhka dan Petrushka persen setiap hari, dan sekarang mereka telah hembus dan mungkin sekali telah mengunci gedung teater ini. (MENGGOYANG-GOYANGKAN KEPALA) Aku mabuk! Ugh... Pementasan malam ini sangat mengembirakan, dan alangkah gilanya jika dipikir berapa banyak bir dan anggur yang telah kutuang kedalam tenggorokan untuk menghormati peristiwa ini. Luar biasa! Rasanya tubuhku ikut tenggelam seluruhnya dan kurasa macam ada dua puluh lima lidah dalam mulutku. Sungguh gila! Tolol sekali! Si jahanam yang malang dan gaek ini telah mabuk lagi, dan bahkan tidak tahu apa sebenarnya yang dirasakan! Ugh... Kepalaku remuk, seluruh tubuhku menggeletar dan aku merasa gelap lagi dingin macam didalam kolong dibawah tanah. Bahkan aku jika tidak lupa hancurnya kesehatanku, semestinyalah aku harus ingat umurku, betul-betul si gaek yang tolol aku ini. Ya, umurku telah tua! Tak ada guna lagi. Dan aku berlakon dengan tolol, pongah dan berpura-pura muda. Pdahal hidupku sekarang telah usai. Kuciumi juga tanganku yang telah enam puluh tahun berlalu dan yang tak mungkin dapat kulihat kembali! Aku kosongkan botol itu, hanya tinggal beberapa tetes lagi didasar. Itupun Cuma kerak-kerak. Ya, demikianlah halnya, Vasili, pemuda gaek. Waktu telah tiba bagimu untuk melatih peranan sebagai seorang mummy. Biar kau sukai itu atau tidak. Kematian ini sedang diperjalanan menujumu. (MELOTOT KEATAS) Aneh sekali, meskipun aku telah berada dipentas empat puluh tahun selama ini, tapi baru untuk pertama kali inilah aku menyaksikan gedung teater ini malam hari, setelah lampu-lampunya dipadamkan untuk pertama kalinya! (BERJALAN BANGKIT KEARAH LAMPU KAKI) Alangkah gelapnya disini. Aku tak dapat melihat apa-apa. Oh, aku juga dapat melihat lobang tempat sipembisik dan mejanya, terbaring didalam liang yang gelap, hitam, tak berdasar, macam kuburan dimana maut mungkin lagi bersembunyi...brrr...betapa dinginya ini. Angin berhembus dari teater kosong ini seperti keluar dari terowongan baru. Ini tempatnya hantu! Tengkukku menjadi bergidik. (MEMANGGIL) Yegorhka! Petrushka! Dimana kalian berdua? Apa yang menyebabkan aku merasa benda-benda disekitar sini menyeramkan? Aku mestinya diberi minum, aku seorang tua, aku tak akan tahan hidup lebih lama lagi. Pada usia enam puluh delapan tahun orang pergi beribadah dan bersiap-siap untuk kematian, tetapi aku disini, ya Tuhan! Anak yatim ini mabuk dalam pakian tololnya, aku tak pantas lagi kelihatna begini. Aku mesti pergi untuk menukarnya sekali... ini memang tempat maut, dan tentu aku mampus ketakutan kalau duduk disini semalam ini. (KELUAR MENUJU KAMAR PAKAIAN, DAN DIWAKTU ITU JUGA NIKITA IVANITCH TIBA-TIBA MUNCUL DENGAN PAKAIAN SERBA PUTIH DARI KAMAR PAKAIAN DIUJUNG PENTAS. SVIETLOVIDOFF YANG MELIHAT IVANITCH MENJERIT KAGET MUNDUR KEBELAKANG) Siapa kau? Apa? Apa perlu kau? (MENGHENTAKKAN KAKI) Siapa kau?
IVANITCH : Ini aku, tuan....
SVIETLOVIDOFF : Siapa kau?
IVANITCH : (DATANG MENDEKATI PERLAHAN) Ini aku, tuan, si pembisik Nikita Ivanitch. Ini aku, tuan, aku!
SVIETLOVIDOFF : (TERHENYAK DOYONG KEKURSI, BERNAFAS SESAK DAN MENGGELETAR HEBAT) Ya, tuhan! Siapakah kau? Itu... kau, kaukah Nikitushka? Apa... apa yang kau perbuat disini?
IVANITCH : Aku menginap malam ini disini didalam kamar pakaian. Mohon sekali, jangan kau beritahukan kepada Alexi Femitoh, aku tak punya tempat lain untuk menginap malam ini, sungguh-sungguh tak punya.
SVIETLOVIDOFF : Akh! Kiranya kau itu Nikitushka, bukan? Cobalah pikir, menyeruku enam belas kali. Mereka memberikan tiga bungkus bunga dan banyak lagi benda-benda lain. Antusias mereka sudah melonjak-lonjak, namun tidak sebuah hatipun datang setelah pementasan selesai untuk membangunkan orang tua yang malang dan mabuk ini, lalu membawanya pulang kerumah. Dan akulah orang tua itu Nikitushka! Aku telah berumur enam puluh delapan tahun, sakit-sakitan lagi, dan aku tak punya harapan lagi untuk hidup. (JATUH MEMELUKI LEHER IVANITCH LALU MENANGIS) Jangan pergi jauh Nikitushka. Aku sudah uzur, tak ada harapan lagi, dan kurasa inilah saatnya aku mati. Oh, ini sangat mengerikan, mengerikan sekali.
IVANITCH : (KASIHAN DAN PEHUH RASA HORMAT) Tuanku, kini kau sebaiknya pulang saja, tuan.
SVIETLOVIDOFF : Aku tak mau pulang, aku tak punya rumah, tidak, tidak, tidaaak!
IVANITCH : Oh, tuan! Masa kau lupa dimana kau tinggal?
SVIETLOVIDOFF : Aku tak mau pulang kesana, akau tak mau! Aku cuma sendirian disana, aku rak punya keluarga, Nikitushka. Aku seperti angin yang berhembus lintas dipadang-padang yang sepi. Aku akan mati dan tak seorangpun akan mengingatku. Sungguh mengerikan sendirian ini, tak ada orang membahagiakan aku, tak ada yang mengasihi aku, tak ada yang mau menolong aku ketempat tidur kalau aku mabuk. Punya siapa aku ini? Siapa yang membutuhkan aku? Dan siapakah yang mencintaiku? Tak sebuah hatipun, Nikitushka.
IVANITCH : (MENANGIS) Penonton mencintai kau, tuan.
SVIETLOVIDOFF : Penonton sudah pulang. Mereka semua sudah tidur dan melupakan si badut tuanya. Tidak, tak seorangpun membutuhkan aku. Aku tak punya siapa-siapa.
IVANITCH : Oh, tuanku. Jangan jadi murung karenanya!
SVIETLOVIDOFF : Tetapi aku seorang laki-laki. Dan aku masih hidup, segar, darah masih terus mengalir dalam nadi-nadiku, darah warisan bangsawan. Aku seorang aristokrat, Nikitushka. Aku telah mengabdi dalam ketentaraan, dibidang altileri, sebelum aku jatuh begini hina. Dan betapa gagahnya aku dulu dimasa muda! Tampan, gagah dan berani. Kemanakah perginya itu semua? Apa jadinya itu semua dimasa tua? Tentulah ada liang yang telah menelan itu semua! Aku kenang semua itu sekarang. Empat puluh lima tahun hidupku tenggelam disitu dan hidup apa itu, Nikitushka? Aku sekarang dapat melihat dengan jelas seperti wajahmu. Remaja yang riang, bersemangat, gairah, pujaan wanita, wanita, Nikitushka!
IVANITCH : Sebaiknya sekarang kau pergi tidur saja, tuan.
SVIETLOVIDOFF : Ketika aku baru-baru naik kepentas, semasih darah remaja bergejolak, aku ingat ada seorang wanita yang jatuh cinta karena actingku. Dia sangat cantik, tinggi semampai, muda tak bercela, suci dan berseri-seri laksana fajar dimusim panas, semua dapat tembus menyinari kegelapan malam. Masih kuingat ketika sekali aku pernah berdiri didepannya seperti sekarang aku berdiri didepanmu. Dia seakan kelihatan tak begitu mencintaiku seperti kenyataannya kemudian, maka berkatalah dia kepadaku, supaya sama memandang dengan pandangan yang demikian! Pandangan yang tak dapat kulupakan. Tidak, bahkan tidak sampai keliang kubur sekalipun. Begitu kasih, begitu lembut, begitu dalam, begitu bersinar ceria! Dengan sangat riang, mabuk kepayang, aku duduk berlutut dihadapannya, lalu aku mohon demi kebahagiaan, dan berkatalah dia “Tinggalkan pentas!” tinggalkan pentas, kau mengerti? Dia dapat mencintai seorang aktor, tetapi buat mengawininya, tidak! Aku sedang berlakon pada suatu ketika, ya, kuingat, aku berperan sebagai badut yang tolol dan setelah berlakon, aku merasa mataku jadi terbuka, karena apa yang kulihat, kuanggap pemujaan kepada seni begitu suci, sebenarnya adalah khayalan dan impian kosong belaka. Bahwa aku adalah budak, yang tolol dan jadi barang permainan orang-orang asing yang sia-sia. Akhirnya aku mengerti kepada penontonku, dan sejak hari itu aku tak percaya lagi kepada tepukan-tepukan mereka atau kepada bungkusan bunga mereka, atau kepada minat mereka.... ya, Nikitushka! Orang memuji aku, mereka beli gambarku, tetapi aku tetap asing bagi mereka, mereka tak mengenalku, dan aku laksana debu dibawah kaki mereka. Mereka memburu-buru agar bisa bertemu kepadaku, tetapi melarang adik atau putrinya mengawiniku, seorang yang hina dina, tidak! Aku tak yakin lagi kepada mereka. (TERHENYAK KEDALAM KURSI POLOS) Tak yakin lagi kepada mereka.
IVANITCH : Oh, tuan! Kau kelihatan begitu pucat pasi, kau menakuti aku dengan kematian! Ayolah pulang, kasihanilah aku...
SVIETLOVIDOFF : Ketika itu telah mengetahui segala-galanya. Dan pengetahuan itu telah dibeli dengan tunai, Nikitushka. Setelah itu... jika gadis itu... nah, kumulailah pengembaraan tanpa tujuan hidup dari hari kehari tanpa peduli apa-apa. Akupun mengambil pelawak murahan, kubiarkan diriku menjadi hancur. Oh, mestinya dulu aku adalah seorang aktor yang besar, namun perlahan-lahan kubuang bakatku jauh-jauh, lalu memainkan banyolan-banyolan tolol, kehilangan pegangan, kehilangan kekuatan ekspresi diri, lalu akhirnya hanya menjadi seorang banci Harry Andrew dari pada seorang laki-laki. Aku telah ditelan seluruhnya kedalam liang besar yang gelap. Aku tak pernah menyadari itu sebelumnya. Tetapi malam ini, ketika aku terbangun elihat kebelakang dan dimana disampingku terbentanglah waktu enam puluh delapan tahun.... barulah aku menyadarinya betapa lamanya itu sudah! Dan semua itu telah berlalu...(TERSEDU-SEDU) semuanya telah berlalu...
IVANITCH : Disana, disana tuan! Diamlah... mudah-mudahan! (MEMANGGIL) Petrushka, Yegorhka!
SVIETLOVIDOFF : Tetapi betapa jeniusnya aku! Aku bisa membayangkan betapa kemampuanku, betapa fasihku, bagaimana menariknya aku, betapa peka dan hebat tali senar (MENEPUK-NEPUK DADA) menggetar didada ini! Sungguh mendebarkan perasaanku memikirkannya! Dengarlah sekarang, tunggu biar aku tarik nafas, yaaahh... sekarang dengarlah ini : “Berlindung, darh Ivan kini kembali terkipas dari bibirku, pemberontakan berkobar, akulah dimitri yang buta! Didalam kobaran api, Boris akan musnah diatas tahta yang kutuntut! Cukup! Pewaris tahta tak lagi nampak berlutut kesana ke Ratu Polandia yang congkak!” (DARI : BORIS GODUNOV, KARYA : PUSHKIN) Jelekkah itu ha? Tunggu... nah ini sesuatu dari Raja Lear. Langit gelap, kelihatan? Hujan turun deras, guruh mengguntur, kilat, zzz zzz menerangi seluruh langit, dan kemudian dengarlah : “Tiuplah angin, hancurkan pelipismu! Amuk! Tiuplah! Kau hujan dan badai meluncurlah sehingga kau basahi puncak menara kami, dan gada-gada. Kau api belerang, pikirkan pasti membakar bangga kenyataan pohon cemara putung disambar petir hanguskan kepalaku yang ubanan! Dan kau segala guruh yang menggelegar pukul ratakan bentuk dunia yang gemuk! Hancurlah kesuburan dunia, segala kecambah leburkan kembali, itulah yang membuat orang tak bersyukur!” (TAK SABAR) Sekarang peran sitolol (MENGHENTAKKAN KAKINYA) Lekas ambil peran sitolol! Cepat. Aku tak bisa menunggu!
IVANITCH : (MENGAMBIL PERAN SITOLOL) “Oh, paman, air suci istana didalam rumah gersang lebih baik dari air hujan diluar rumah ini. Bagus paman, masuklah, mintalah anugrah putrimu, ini adalah malam belas kasihan bagi orang-orang bijaksana maupun orang-orang tolol.”
SVIETLOVIDOFF : “Menggunturlah sesuka hatimu! Muntahkan, bakar! Luncurkan hujan! Bukan Cuma hujan, angin, kilat, tapi putra-putriku. Aku bukan menuntutmu, kau anasir-anasir, dengan kejahatan, aku tak pernah beri aku, kunamakan juga kau anak-anak nada.” Akh! Sungguh mampu dan sungguh berbakat kau! Dan aku memang artis ulung! Selanjutnya kini, jadilah sesuatu lagi yang macam tadi, ambillah ini, dari Hamlet, aku akan mulai..... biarkan aku , bagaimana mulainya? Oh ya, inilah dia. (MENGAMBIL PERAN HAMLET) “Oh! Para pencatat, biarkan aku sendirian, kembalilah kalian. Mengapa kalian bermaksud mencari bauku, sehingga kalian mendesak aku kedalam jebakan?”
IVANITCH : “Oh, tuanku, jikalau tugasku begitu garang, maka kekasihku begitu curang.”
SVIETLOVIDOFF : “Aku sungguh-sungguh tak mengerti itu, maukah kau meniup suling ini?”
IVANITCH : “Tuanku, aku tak pandai.”
SVIETLOVIDOFF : “Kuharapkan kau.”
IVANITCH : “Percayalah, aku tak pandai.”
SVIETLOVIDOFF : “Ini mudah saja seperti berbaring-baring, tutuplah lubang-lubang itu dengan jari dan ibu jari, keluarkan nafas dari mulutmu, dan nanti akan terdengar musik yang sangat merdu, perhatikan itu penutupnya.”
IVANITCH : “Tetapi yang itulah aku tak bisa memainkannya agar caranya cocok, aku tak ahli.”
SVIETLOVIDOFF : “Mengapa? Ingatlah betapa tak berguna yang kau lakukan untukku, kau harus nampak paham akan istirahatku, kau harus bisa menangkap hakikat dari kegaibanku, kau harus mendengar dari catatanku yang mula-mula, sehingga puncak pedomanku. Dan disitulah terdapat pelbagai musik, suara yang indah didalam alat yang kecil ini, meskipun kau tidak bisa meniupnya sehingga berbunyi. Astaga! Kau pikir aku hanya mudah meniup suling ini saja? Sebutlah alat istrument mana yang kau kehendaki, meskipun kau tak yakin kepadaku. Kau memang tak bisa melakukannya untukku...!” (TERTAWA DAN BERTEPUK) Hebat! Hebat sekali! Dimanakah setan yang bersarang didalam usia tua itu? Aku bukan orang tua, semuanya itu omong kosong. Arus tenaga masih mengalir dalam diriku, inilah hidup, gairah dan muda! Usia muda dan jenius tentulah tidak berdampingan bersama-sama. Kau nampak membisu saja, Nikitushka. Tunggulah sejenak sampai kekuasaanku pulih kembali. Oh, rumah! Sekarang perhatikan! Pernahkan kau mendengar begitu lembut seperti musik? Pelan-pelan. “Bulan telah lenyap, tiada lagi cahaya, mendampingi gugusan bintang kesepian yang merapat pucat. Dicakrawala, ada yang tiba-tiba bercahaya bunga putih bersih ditengah-tengah lembah bunga mawar disusupi kunang-kunang, yang cahayanya suram berkedip-kedip, bagai harapan yang enggan menjelma.” (SUARA PINTU-PINTU DIBUKA TERDENGAR) Apakah itu?
IVANITCH : Itu tentu Petrushka dan Yegorhka pulang. Ha, engkau emang jenius, jenius, tuan.
SVIETLOVIDOFF : (MEMANGGIL KEARAH SUARA-SUARA) Kasihanilah anak-anak! (KEPADA IVANITCH) Ayolah kita pergi tukar pakaian. Aku bukan tua. Semua itu tolol, omong kosong! (TERTAWA GEMBIRA) Apa yang kau tangisi? Kau si kakek tua yang malang, kau betapa keadaannya sekarang! Ini bukan kemauan! Ya, ya, sekarang ini bukan kemauan! Mari, mari orang tua, jangan terbeliak begitu. Apa sebabnya kau terbeliak seperti itu? Ya, ya. (MEMELUKNYA SAMBIL MENANGIS) Jangan menangis! Dimana ada seni dan jenius disitu tentu tidak ada ketentuan, kesepian atau penyakit... hanya kematian itu yang makin dekat (TERSEDU-SEDU) tidak, tidak, Nikitushka! Segalanya itu telah berlalu dari kita sekarang! Betapa jeniusnya aku! Aku seperti ruap lemon, botol pecah, dan kau, kau adalah tikus tua gedung teater... pembisik! Ayolah...! (MEREKA PERGI) Aku bukanlah jenius, aku hanya cocok disamakan dengan Fortimbras, bahkan untuk itu aku terlalu tua... ya... kau ingatkan baris-baris ini dari Othello, Nikitushka! “Selamat tinggal kenangan damai! Selamat tinggal jiwa! Selamat tinggal pasukan seragam dan maha perang yang mengalahkan nafsu ingin unggul! O, selamat tinggal! Selamat tinggal ringkik kuda, dan sangkakala terompet, pukulan genderang bersemangat, suling yang menembus pendengaran, bendera kerajaan dan segala makna, kebanggaan, upacara dan segala kejayaan perang!”
IVANITCH : Oohh! Kau memang jenius, jenius!
SVIETLOVIDOFF : Dan ini lagi : “Jauh! Sawang menggelap dibawah bulan Awan segera menghisap cahaya suram terakhir dari malam Jauh! Kumpulan angin segera nanti menyeru gelap dan dinihari yang larut menyelimuti sinar terang dari surgawi.” (MEREKA KELUAR BERSAMA-SAMA. LAYAR TURUN PERLAHAN-LAHAN)
KARYA : ANTON CHEKOV
PELAKU : VASILI SVIETLOVIDOFF (AKTOR, USIA 68 TAHUN)
NIKITA IVANITCH (PEMBISIK)
SKEMA INI TERJADI DIATAS PENTAS SEBUAH TEATER DAERAH, MALAM HARI, SETELAH PEMENTASAN SELESAI. DISEBELAH KANAN KEADAANNYA TAK TERATUR, DAN ADA PINTU-PINTU USANG TAK BERCAT KEKAMAR-KAMAR PAKAIAN. DISEBELAH KIRI DAN DILATAR BELAKANG PENTAS, SISESAKI OLEH BERMACAM-MACAM BARANG USANG. SEDANGKAN DISEBAGIAN TENGAH ADA SEBUAH KURSI POLOS TERJUNGKIR.
SVIETLOVIDOFF : (DENGAN LILIN DITANGANNYA, KELUAR DARI KAMAR PAKAIAN DAN TERTAWA) Ya, ya... ini gila sekali! Sungguh ini lelucon yang bagus! Aku jatuh tertidur dikamar pakaian setelah pentas habis, dan disitu aku dengan tenang mengorok setelah semua meninggalkan gedung teater ini. Akh! Aku memang orang tua yang tolol, situa yang sialan! Kiranya aku telah minum lagi, sehingga aku jatuh tertidur didalam sana, tergeletak. Sungguh pintar! Selamatlah kau pemuda gaek! (MEMANGGIL) Yegorhka! Petrushka! Dimana kalian setan? Petrushka! Kedua bajingan itu tentulah sudah tertidur, dan meskipun gempa takkan bisa membangunkan mereka sekarang. Yegorhka! (MENGAMBIL KURSI POLOS, LALU DUDUK SETELAH MELETAKKAN LILIN DIATAS LANTAI) Tak ada suara! Hanya gema yang menyahut aku. Aku beri Yegorhka dan Petrushka persen setiap hari, dan sekarang mereka telah hembus dan mungkin sekali telah mengunci gedung teater ini. (MENGGOYANG-GOYANGKAN KEPALA) Aku mabuk! Ugh... Pementasan malam ini sangat mengembirakan, dan alangkah gilanya jika dipikir berapa banyak bir dan anggur yang telah kutuang kedalam tenggorokan untuk menghormati peristiwa ini. Luar biasa! Rasanya tubuhku ikut tenggelam seluruhnya dan kurasa macam ada dua puluh lima lidah dalam mulutku. Sungguh gila! Tolol sekali! Si jahanam yang malang dan gaek ini telah mabuk lagi, dan bahkan tidak tahu apa sebenarnya yang dirasakan! Ugh... Kepalaku remuk, seluruh tubuhku menggeletar dan aku merasa gelap lagi dingin macam didalam kolong dibawah tanah. Bahkan aku jika tidak lupa hancurnya kesehatanku, semestinyalah aku harus ingat umurku, betul-betul si gaek yang tolol aku ini. Ya, umurku telah tua! Tak ada guna lagi. Dan aku berlakon dengan tolol, pongah dan berpura-pura muda. Pdahal hidupku sekarang telah usai. Kuciumi juga tanganku yang telah enam puluh tahun berlalu dan yang tak mungkin dapat kulihat kembali! Aku kosongkan botol itu, hanya tinggal beberapa tetes lagi didasar. Itupun Cuma kerak-kerak. Ya, demikianlah halnya, Vasili, pemuda gaek. Waktu telah tiba bagimu untuk melatih peranan sebagai seorang mummy. Biar kau sukai itu atau tidak. Kematian ini sedang diperjalanan menujumu. (MELOTOT KEATAS) Aneh sekali, meskipun aku telah berada dipentas empat puluh tahun selama ini, tapi baru untuk pertama kali inilah aku menyaksikan gedung teater ini malam hari, setelah lampu-lampunya dipadamkan untuk pertama kalinya! (BERJALAN BANGKIT KEARAH LAMPU KAKI) Alangkah gelapnya disini. Aku tak dapat melihat apa-apa. Oh, aku juga dapat melihat lobang tempat sipembisik dan mejanya, terbaring didalam liang yang gelap, hitam, tak berdasar, macam kuburan dimana maut mungkin lagi bersembunyi...brrr...betapa dinginya ini. Angin berhembus dari teater kosong ini seperti keluar dari terowongan baru. Ini tempatnya hantu! Tengkukku menjadi bergidik. (MEMANGGIL) Yegorhka! Petrushka! Dimana kalian berdua? Apa yang menyebabkan aku merasa benda-benda disekitar sini menyeramkan? Aku mestinya diberi minum, aku seorang tua, aku tak akan tahan hidup lebih lama lagi. Pada usia enam puluh delapan tahun orang pergi beribadah dan bersiap-siap untuk kematian, tetapi aku disini, ya Tuhan! Anak yatim ini mabuk dalam pakian tololnya, aku tak pantas lagi kelihatna begini. Aku mesti pergi untuk menukarnya sekali... ini memang tempat maut, dan tentu aku mampus ketakutan kalau duduk disini semalam ini. (KELUAR MENUJU KAMAR PAKAIAN, DAN DIWAKTU ITU JUGA NIKITA IVANITCH TIBA-TIBA MUNCUL DENGAN PAKAIAN SERBA PUTIH DARI KAMAR PAKAIAN DIUJUNG PENTAS. SVIETLOVIDOFF YANG MELIHAT IVANITCH MENJERIT KAGET MUNDUR KEBELAKANG) Siapa kau? Apa? Apa perlu kau? (MENGHENTAKKAN KAKI) Siapa kau?
IVANITCH : Ini aku, tuan....
SVIETLOVIDOFF : Siapa kau?
IVANITCH : (DATANG MENDEKATI PERLAHAN) Ini aku, tuan, si pembisik Nikita Ivanitch. Ini aku, tuan, aku!
SVIETLOVIDOFF : (TERHENYAK DOYONG KEKURSI, BERNAFAS SESAK DAN MENGGELETAR HEBAT) Ya, tuhan! Siapakah kau? Itu... kau, kaukah Nikitushka? Apa... apa yang kau perbuat disini?
IVANITCH : Aku menginap malam ini disini didalam kamar pakaian. Mohon sekali, jangan kau beritahukan kepada Alexi Femitoh, aku tak punya tempat lain untuk menginap malam ini, sungguh-sungguh tak punya.
SVIETLOVIDOFF : Akh! Kiranya kau itu Nikitushka, bukan? Cobalah pikir, menyeruku enam belas kali. Mereka memberikan tiga bungkus bunga dan banyak lagi benda-benda lain. Antusias mereka sudah melonjak-lonjak, namun tidak sebuah hatipun datang setelah pementasan selesai untuk membangunkan orang tua yang malang dan mabuk ini, lalu membawanya pulang kerumah. Dan akulah orang tua itu Nikitushka! Aku telah berumur enam puluh delapan tahun, sakit-sakitan lagi, dan aku tak punya harapan lagi untuk hidup. (JATUH MEMELUKI LEHER IVANITCH LALU MENANGIS) Jangan pergi jauh Nikitushka. Aku sudah uzur, tak ada harapan lagi, dan kurasa inilah saatnya aku mati. Oh, ini sangat mengerikan, mengerikan sekali.
IVANITCH : (KASIHAN DAN PEHUH RASA HORMAT) Tuanku, kini kau sebaiknya pulang saja, tuan.
SVIETLOVIDOFF : Aku tak mau pulang, aku tak punya rumah, tidak, tidak, tidaaak!
IVANITCH : Oh, tuan! Masa kau lupa dimana kau tinggal?
SVIETLOVIDOFF : Aku tak mau pulang kesana, akau tak mau! Aku cuma sendirian disana, aku rak punya keluarga, Nikitushka. Aku seperti angin yang berhembus lintas dipadang-padang yang sepi. Aku akan mati dan tak seorangpun akan mengingatku. Sungguh mengerikan sendirian ini, tak ada orang membahagiakan aku, tak ada yang mengasihi aku, tak ada yang mau menolong aku ketempat tidur kalau aku mabuk. Punya siapa aku ini? Siapa yang membutuhkan aku? Dan siapakah yang mencintaiku? Tak sebuah hatipun, Nikitushka.
IVANITCH : (MENANGIS) Penonton mencintai kau, tuan.
SVIETLOVIDOFF : Penonton sudah pulang. Mereka semua sudah tidur dan melupakan si badut tuanya. Tidak, tak seorangpun membutuhkan aku. Aku tak punya siapa-siapa.
IVANITCH : Oh, tuanku. Jangan jadi murung karenanya!
SVIETLOVIDOFF : Tetapi aku seorang laki-laki. Dan aku masih hidup, segar, darah masih terus mengalir dalam nadi-nadiku, darah warisan bangsawan. Aku seorang aristokrat, Nikitushka. Aku telah mengabdi dalam ketentaraan, dibidang altileri, sebelum aku jatuh begini hina. Dan betapa gagahnya aku dulu dimasa muda! Tampan, gagah dan berani. Kemanakah perginya itu semua? Apa jadinya itu semua dimasa tua? Tentulah ada liang yang telah menelan itu semua! Aku kenang semua itu sekarang. Empat puluh lima tahun hidupku tenggelam disitu dan hidup apa itu, Nikitushka? Aku sekarang dapat melihat dengan jelas seperti wajahmu. Remaja yang riang, bersemangat, gairah, pujaan wanita, wanita, Nikitushka!
IVANITCH : Sebaiknya sekarang kau pergi tidur saja, tuan.
SVIETLOVIDOFF : Ketika aku baru-baru naik kepentas, semasih darah remaja bergejolak, aku ingat ada seorang wanita yang jatuh cinta karena actingku. Dia sangat cantik, tinggi semampai, muda tak bercela, suci dan berseri-seri laksana fajar dimusim panas, semua dapat tembus menyinari kegelapan malam. Masih kuingat ketika sekali aku pernah berdiri didepannya seperti sekarang aku berdiri didepanmu. Dia seakan kelihatan tak begitu mencintaiku seperti kenyataannya kemudian, maka berkatalah dia kepadaku, supaya sama memandang dengan pandangan yang demikian! Pandangan yang tak dapat kulupakan. Tidak, bahkan tidak sampai keliang kubur sekalipun. Begitu kasih, begitu lembut, begitu dalam, begitu bersinar ceria! Dengan sangat riang, mabuk kepayang, aku duduk berlutut dihadapannya, lalu aku mohon demi kebahagiaan, dan berkatalah dia “Tinggalkan pentas!” tinggalkan pentas, kau mengerti? Dia dapat mencintai seorang aktor, tetapi buat mengawininya, tidak! Aku sedang berlakon pada suatu ketika, ya, kuingat, aku berperan sebagai badut yang tolol dan setelah berlakon, aku merasa mataku jadi terbuka, karena apa yang kulihat, kuanggap pemujaan kepada seni begitu suci, sebenarnya adalah khayalan dan impian kosong belaka. Bahwa aku adalah budak, yang tolol dan jadi barang permainan orang-orang asing yang sia-sia. Akhirnya aku mengerti kepada penontonku, dan sejak hari itu aku tak percaya lagi kepada tepukan-tepukan mereka atau kepada bungkusan bunga mereka, atau kepada minat mereka.... ya, Nikitushka! Orang memuji aku, mereka beli gambarku, tetapi aku tetap asing bagi mereka, mereka tak mengenalku, dan aku laksana debu dibawah kaki mereka. Mereka memburu-buru agar bisa bertemu kepadaku, tetapi melarang adik atau putrinya mengawiniku, seorang yang hina dina, tidak! Aku tak yakin lagi kepada mereka. (TERHENYAK KEDALAM KURSI POLOS) Tak yakin lagi kepada mereka.
IVANITCH : Oh, tuan! Kau kelihatan begitu pucat pasi, kau menakuti aku dengan kematian! Ayolah pulang, kasihanilah aku...
SVIETLOVIDOFF : Ketika itu telah mengetahui segala-galanya. Dan pengetahuan itu telah dibeli dengan tunai, Nikitushka. Setelah itu... jika gadis itu... nah, kumulailah pengembaraan tanpa tujuan hidup dari hari kehari tanpa peduli apa-apa. Akupun mengambil pelawak murahan, kubiarkan diriku menjadi hancur. Oh, mestinya dulu aku adalah seorang aktor yang besar, namun perlahan-lahan kubuang bakatku jauh-jauh, lalu memainkan banyolan-banyolan tolol, kehilangan pegangan, kehilangan kekuatan ekspresi diri, lalu akhirnya hanya menjadi seorang banci Harry Andrew dari pada seorang laki-laki. Aku telah ditelan seluruhnya kedalam liang besar yang gelap. Aku tak pernah menyadari itu sebelumnya. Tetapi malam ini, ketika aku terbangun elihat kebelakang dan dimana disampingku terbentanglah waktu enam puluh delapan tahun.... barulah aku menyadarinya betapa lamanya itu sudah! Dan semua itu telah berlalu...(TERSEDU-SEDU) semuanya telah berlalu...
IVANITCH : Disana, disana tuan! Diamlah... mudah-mudahan! (MEMANGGIL) Petrushka, Yegorhka!
SVIETLOVIDOFF : Tetapi betapa jeniusnya aku! Aku bisa membayangkan betapa kemampuanku, betapa fasihku, bagaimana menariknya aku, betapa peka dan hebat tali senar (MENEPUK-NEPUK DADA) menggetar didada ini! Sungguh mendebarkan perasaanku memikirkannya! Dengarlah sekarang, tunggu biar aku tarik nafas, yaaahh... sekarang dengarlah ini : “Berlindung, darh Ivan kini kembali terkipas dari bibirku, pemberontakan berkobar, akulah dimitri yang buta! Didalam kobaran api, Boris akan musnah diatas tahta yang kutuntut! Cukup! Pewaris tahta tak lagi nampak berlutut kesana ke Ratu Polandia yang congkak!” (DARI : BORIS GODUNOV, KARYA : PUSHKIN) Jelekkah itu ha? Tunggu... nah ini sesuatu dari Raja Lear. Langit gelap, kelihatan? Hujan turun deras, guruh mengguntur, kilat, zzz zzz menerangi seluruh langit, dan kemudian dengarlah : “Tiuplah angin, hancurkan pelipismu! Amuk! Tiuplah! Kau hujan dan badai meluncurlah sehingga kau basahi puncak menara kami, dan gada-gada. Kau api belerang, pikirkan pasti membakar bangga kenyataan pohon cemara putung disambar petir hanguskan kepalaku yang ubanan! Dan kau segala guruh yang menggelegar pukul ratakan bentuk dunia yang gemuk! Hancurlah kesuburan dunia, segala kecambah leburkan kembali, itulah yang membuat orang tak bersyukur!” (TAK SABAR) Sekarang peran sitolol (MENGHENTAKKAN KAKINYA) Lekas ambil peran sitolol! Cepat. Aku tak bisa menunggu!
IVANITCH : (MENGAMBIL PERAN SITOLOL) “Oh, paman, air suci istana didalam rumah gersang lebih baik dari air hujan diluar rumah ini. Bagus paman, masuklah, mintalah anugrah putrimu, ini adalah malam belas kasihan bagi orang-orang bijaksana maupun orang-orang tolol.”
SVIETLOVIDOFF : “Menggunturlah sesuka hatimu! Muntahkan, bakar! Luncurkan hujan! Bukan Cuma hujan, angin, kilat, tapi putra-putriku. Aku bukan menuntutmu, kau anasir-anasir, dengan kejahatan, aku tak pernah beri aku, kunamakan juga kau anak-anak nada.” Akh! Sungguh mampu dan sungguh berbakat kau! Dan aku memang artis ulung! Selanjutnya kini, jadilah sesuatu lagi yang macam tadi, ambillah ini, dari Hamlet, aku akan mulai..... biarkan aku , bagaimana mulainya? Oh ya, inilah dia. (MENGAMBIL PERAN HAMLET) “Oh! Para pencatat, biarkan aku sendirian, kembalilah kalian. Mengapa kalian bermaksud mencari bauku, sehingga kalian mendesak aku kedalam jebakan?”
IVANITCH : “Oh, tuanku, jikalau tugasku begitu garang, maka kekasihku begitu curang.”
SVIETLOVIDOFF : “Aku sungguh-sungguh tak mengerti itu, maukah kau meniup suling ini?”
IVANITCH : “Tuanku, aku tak pandai.”
SVIETLOVIDOFF : “Kuharapkan kau.”
IVANITCH : “Percayalah, aku tak pandai.”
SVIETLOVIDOFF : “Ini mudah saja seperti berbaring-baring, tutuplah lubang-lubang itu dengan jari dan ibu jari, keluarkan nafas dari mulutmu, dan nanti akan terdengar musik yang sangat merdu, perhatikan itu penutupnya.”
IVANITCH : “Tetapi yang itulah aku tak bisa memainkannya agar caranya cocok, aku tak ahli.”
SVIETLOVIDOFF : “Mengapa? Ingatlah betapa tak berguna yang kau lakukan untukku, kau harus nampak paham akan istirahatku, kau harus bisa menangkap hakikat dari kegaibanku, kau harus mendengar dari catatanku yang mula-mula, sehingga puncak pedomanku. Dan disitulah terdapat pelbagai musik, suara yang indah didalam alat yang kecil ini, meskipun kau tidak bisa meniupnya sehingga berbunyi. Astaga! Kau pikir aku hanya mudah meniup suling ini saja? Sebutlah alat istrument mana yang kau kehendaki, meskipun kau tak yakin kepadaku. Kau memang tak bisa melakukannya untukku...!” (TERTAWA DAN BERTEPUK) Hebat! Hebat sekali! Dimanakah setan yang bersarang didalam usia tua itu? Aku bukan orang tua, semuanya itu omong kosong. Arus tenaga masih mengalir dalam diriku, inilah hidup, gairah dan muda! Usia muda dan jenius tentulah tidak berdampingan bersama-sama. Kau nampak membisu saja, Nikitushka. Tunggulah sejenak sampai kekuasaanku pulih kembali. Oh, rumah! Sekarang perhatikan! Pernahkan kau mendengar begitu lembut seperti musik? Pelan-pelan. “Bulan telah lenyap, tiada lagi cahaya, mendampingi gugusan bintang kesepian yang merapat pucat. Dicakrawala, ada yang tiba-tiba bercahaya bunga putih bersih ditengah-tengah lembah bunga mawar disusupi kunang-kunang, yang cahayanya suram berkedip-kedip, bagai harapan yang enggan menjelma.” (SUARA PINTU-PINTU DIBUKA TERDENGAR) Apakah itu?
IVANITCH : Itu tentu Petrushka dan Yegorhka pulang. Ha, engkau emang jenius, jenius, tuan.
SVIETLOVIDOFF : (MEMANGGIL KEARAH SUARA-SUARA) Kasihanilah anak-anak! (KEPADA IVANITCH) Ayolah kita pergi tukar pakaian. Aku bukan tua. Semua itu tolol, omong kosong! (TERTAWA GEMBIRA) Apa yang kau tangisi? Kau si kakek tua yang malang, kau betapa keadaannya sekarang! Ini bukan kemauan! Ya, ya, sekarang ini bukan kemauan! Mari, mari orang tua, jangan terbeliak begitu. Apa sebabnya kau terbeliak seperti itu? Ya, ya. (MEMELUKNYA SAMBIL MENANGIS) Jangan menangis! Dimana ada seni dan jenius disitu tentu tidak ada ketentuan, kesepian atau penyakit... hanya kematian itu yang makin dekat (TERSEDU-SEDU) tidak, tidak, Nikitushka! Segalanya itu telah berlalu dari kita sekarang! Betapa jeniusnya aku! Aku seperti ruap lemon, botol pecah, dan kau, kau adalah tikus tua gedung teater... pembisik! Ayolah...! (MEREKA PERGI) Aku bukanlah jenius, aku hanya cocok disamakan dengan Fortimbras, bahkan untuk itu aku terlalu tua... ya... kau ingatkan baris-baris ini dari Othello, Nikitushka! “Selamat tinggal kenangan damai! Selamat tinggal jiwa! Selamat tinggal pasukan seragam dan maha perang yang mengalahkan nafsu ingin unggul! O, selamat tinggal! Selamat tinggal ringkik kuda, dan sangkakala terompet, pukulan genderang bersemangat, suling yang menembus pendengaran, bendera kerajaan dan segala makna, kebanggaan, upacara dan segala kejayaan perang!”
IVANITCH : Oohh! Kau memang jenius, jenius!
SVIETLOVIDOFF : Dan ini lagi : “Jauh! Sawang menggelap dibawah bulan Awan segera menghisap cahaya suram terakhir dari malam Jauh! Kumpulan angin segera nanti menyeru gelap dan dinihari yang larut menyelimuti sinar terang dari surgawi.” (MEREKA KELUAR BERSAMA-SAMA. LAYAR TURUN PERLAHAN-LAHAN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar